Aku akan menulis cerita tentang seseorang yang aku
kagumi setelah ayah ku.Seseorang yang aku kenal beberapa bulan terakhir ini.
Dia yang tidak perlu aku sebutkan namanya, sesosok yang benar-benar bisa
membuat ku lupa akan luka lama yang terlalu indah terukir saat itu. Kalau boleh
aku menganalisanya, dia lebih dulu jatuh kepada ku, tapi dia juga lebih dulu
hilang dari kehidupan ku.
Aku rasa
ini cukup buruk untuk di ceritakan. Ini hanya sebuah kisah yang mungkin tak
akan pernah berujung bahagia. Beberapa bulan lalu, tepatnya sebelum suara
takbir bergema di seluruh belahan bumi. Aku mengenalnya secara tidak sengaja,
di tempat yang sering di jadikan untuk berkumpul anak muda dan keluarga, tapi
bukan café atau restaurant. Aku tidak perlu menyebutkan jelas dimana latar
tempat aku pertama kali bertatap mata dengannya. Jujur saat itu aku juga
memikirkannya walaupun tidak pernah terbesit sama sekali untuk mengenalnya
lebih jauh.
Tapi, dia
memaksa ku untuk ikut dalam permainannya. Waktu itu dia banyak bertanya tentang
aku dari teman-teman ku, setelah itu dia memberanikan diri untuk menghubungi ku
melalui media sosial yang lagi-lagi tidak perlu aku jelaskan. Aku bahagia saat
itu, aku bisa mengenalnya begitu jauh. Dia membawa ku kedalam alur ceritanya,
dia membawa ku bermain dengan sebuah perasaan yang tidak ada ujungnya, dia
membawa ku kembali merasakan luka setelah dia berhasil menyembuhkan luka yang
sebelumnya.
Aku
mencintainya karena suatu hal. Bukan karena dia memiliki wajah yang rupawan
atau kharismatik, aku mencintai dia atas izin Allah SWT. Aku mempunyai banyak
cerita dengannya, bahkan di setiap sudut yang ada di kota ini aku mulai
mengenalnya lebih jauh. Aku tau ini memalukan, tapi saat itu bahkan sampai saat
ini aku mencintainya. Dia berhasil membuat ku jatuh pada luka yang lebih pedih,
lebih sakit, rasanya seperti tertusuk belati yang begitu tajam, menembus hingga
tulang rusuk ku. Sakit memang, tapi aku berusaha untuk tetap berdiri kokoh
seperti pohon yang sedang tertiup oleh hembusan-hembusan angin. Aku berjanji
akan menceritakan, semua tetangnya disini.
Untuk
menemukan seseorang yang bisa benar-benar mengerti kita membutuhkan waktu yang
lama, memang benar adanya. Mungkin saat ini aku bukan orang yang beruntung, aku
selalu dipermainkan oleh kaum ayah ku sendiri. Aku yang terlalu bodoh, aku yang
terlalu terburu-buru untuk mencapai kebahagiaan.
Pernah
suatu ketika, aku menunggu kabar dari seseorang. Sampai larut malam, aku masih
terjaga, walaupun rasa ngantuk menyerang begitu hebatnya. Aku membuka salah
satu media sosial yang ada di ponsel ku, aku melihat ada sesuatu yang terlihat
begitu mencolok dari kicauan lainnya. Aku berpikir mereka hanya berteman, tapi
pikiran negative itu selalu meracuni ku. Aku khawatir, jikalau dia benar-benar
telah berpaling dari ku.
Tak selang
berapa lama, dia menceritakan sesuatu yang cukup membuat ku meneteskan air
mata. Ternyata dia telah mencintai seorang wanita berparas cantik dan berambut
pirang itu, tidak perlu aku sebutkan namanya. Dia menceritakan kepada ku semua
tentang perjuangan yang ia lakukan kepada wanita itu, tanpa memikirkan
bagaimana perasaan ku. Aku menghela nafas panjang, aku mencoba tersenyum kecil
saat menatap nanar di ponsel ku. Aku berusaha menenangkan diri agar tidak ada
lagi air mata yang mengalir membahasi kedua bagian pipi ini.
Cinta
memang tak harus berbalas, cinta sejati itu adalah cinta yang tanpa pamrih.
Mengasihi seseorang, memperhatikan seseorang tanpa perlu meminta balasan. Ini
buruk. Buruk sekali. Bukannya setiap manusia ingin mencintai orang yang juga
mencintainya? Entah lah, aku tidak pernah merasakan hal itu. Sama sekali.
Saat aku
mengetahui itu dari pengakuannya sendiri, aku tidak tahu apa yang harus aku
lakukan kedepannya. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang selalu ada di
sampingnya, saat terpuruk sekali pun. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang ia
butuhkan saat semua pergi darinya. Aku siap kalau suatu hari nanti, dia akan
datang kepada ku hanya saat membutuhkan aku. Aku ingin menjadi teman dalam
hidupnya, teman saat dia tertimpa musibah. Aku akan senantiasa mendoakannya,
agar suatu saat nanti ia tau sedalam apa rasa ku ini untuknya.
0 komentar:
Posting Komentar